Kamis, 31 Maret 2011

Secuplik Kisah tentang Sepak Bola, dari IndonesI.


Secuplik Kisah tentang Sepak Bola, dari IndonesI.
Sudah sejak beberapa tahun terakhir, penikmat sepak bola Indonesia berteriak “Nurdin turun! Nurdin turun!”. Dan di perhelatan akbar sepakbola Asia Tenggara 2010, hal senada kembali terjadi. Timnas sepakbola Indonesia, yang berstatus sebagai tuan rumah, sukses menggasak lawan-lawan mereka di grup A. Apakah para suporter puas? Tidak, karena teriakan yang sama masih terdengar. Di stadion, maupun di luar stadion. Teriakan ditujukan kepada bos dari pelatih timnas, sang ketua asosiasi sepak bola Indonesia (PSSI) sendiri : Nurdin Halid.

Penonton yang semakin cerdas, kesal melihat prestasi sepakbola negeri yang tidak maju-maju. Meski timnas menang tiga kali di babak penyisihan, spanduk-spanduk semakin bertebaran di Gelora Bung Karno, stadion kebanggan negara. Para penonton pembawa spanduk bertuliskan “Nurdin turun”, yang dalam tiga pertandingan pertama selalu dihadang oleh preman pencuri spanduk. Kabarnya, para pembawa spanduk bertuliskan dua kata tersebut, dipukuli oleh beberapa orang preman yang menyamar menjadi penonton. Kini para penonton, sekaligus pembawa spanduk kini bersatu, melawan para preman. Baik preman di stadion, maupun pimpinan preman itu sendiri. Tapi, tahukah anda siapa sang pimpinan preman?
***
Sepakbola adalah olahraga universal. Dahulu, bangsa romawi menendang bola kesana kemari. Bola sebagai alat dalam permainan sepakbola pun pernah didapat sebagai bukti, bahwa sepakbola sudah dimainkan di masa dinasti Han di negeri Cina. Kemudian, Ingggris sebagai negara kemudian membuat berbagai aturan tentang sepakbola. Mulai dari panjang-lebar lapangan, lama permainan, dan seterusnya dan seterusnya. Sepakbola di negeri Indonesia sendiri  diperkenalkan oleh penjajah Belanda. Brazil dikenal sebagai negara dimana semua orang bermain sepakbola, di pantai, di jalanan, di manapun! Pendeknya, semua orang saat ini bermain sepakbola. Lapangan besar tidak ada? Kini muncul olahraga futsal, tempat bermain sepakbola di lapangan yang lebih kecil.
Asosiasi sepakbola dunia, FIFA, tidak menghendaki politik mencampuri urusan sepakbola. Mereka, percaya pada organisasi yang tidak terikat urusan politik, untuk mengurus sepakbola di negeri itu. Mulai dari kompetisi, keikutsertaan di turnamen regional, benua maupun dunia, dan lain sebagainya. Hanya satu organisasi. Dan di negeri ini, urusan itu dipegang oleh PSSI. Pemilihan pimpinan organisasi pun dilakukan sendiri, dengan mekanisme sendiri, yang tidak bisa dicampuri oleh pemerintah manapun. Percayalah, termasuk seorang presiden.

0 komentar:

Posting Komentar

 
Design by Wordpress Theme | Bloggerized by Free Blogger Templates | free samples without surveys